
TIM PKKH (BIOCOP) UNSRAT GELAR PELATIHAN APLIKASI INATURALIST UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN LIAR
Manado, 26 Maret 2025 – Tim Pusat Kajian Kehutanan dan Herbarium (PKKH/Biocop) dari Program Studi Kehutanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), menyelenggarakan pelatihan daring penggunaan aplikasi iNaturalist pada Rabu, 26 Maret 2025. Kegiatan yang dimulai pukul 13.00 WITA ini dipimpin langsung oleh Johny S. Tasirin, Ph.D, seorang ahli ekologi dan konservasi yang juga dosen di Unsrat. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam mengidentifikasi tumbuhan liar di pekarangan, lahan usahatani, maupun kawasan hutan melalui teknologi digital.
Memanfaatkan Teknologi untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati
Aplikasi iNaturalist menjadi salah satu platform berbasis citizen science yang memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto tumbuhan, hewan, atau jamur, lalu mendapatkan identifikasi dari komunitas ilmiah global. Dalam pelatihan ini, peserta diajak untuk memanfaatkan fitur-fitur aplikasi tersebut guna mendokumentasikan keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
“Teknologi seperti iNaturalist sangat membantu dalam pendataan tumbuhan, terutama untuk mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum yang ingin berkontribusi dalam ilmu konservasi,” ujar Johny Tasirin saat membuka pelatihan.
Menurutnya, identifikasi tumbuhan liar seringkali terkendala oleh minimnya referensi dan akses ke ahli taksonomi. Dengan iNaturalist, pengguna cukup mengunggah foto tumbuhan, dan sistem akan memberikan saran identifikasi berdasarkan kecocokan dengan database global. Selanjutnya, data tersebut dapat diverifikasi oleh kurator atau ahli biologi.
Dampak Positif bagi Penelitian dan Konservasi
Johny Tasirin menjelaskan bahwa data yang terkumpul melalui iNaturalist dapat menjadi referensi penting untuk pemetaan keanekaragaman hayati, terutama di Sulawesi Utara yang memiliki banyak spesies endemik.
“Data dari aplikasi ini bahkan sudah digunakan dalam beberapa penelitian ilmiah dan kebijakan konservasi. Misalnya, untuk memantau penyebaran spesies invasif atau menemukan kembali tumbuhan langka,” jelasnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa pelatihan semacam ini dapat mendorong partisipasi publik dalam ilmu pengetahuan. “Tidak harus menjadi ahli biologi untuk berkontribusi. Siapa pun bisa membantu mengumpulkan data biodiversitas hanya dengan ponsel mereka,” imbuhnya.
Kolaborasi dengan Komunitas dan Peneliti Internasional
PKKH Unsrat sendiri telah lama aktif dalam berbagai kegiatan konservasi dan penelitian kehutanan. Dengan adanya pelatihan iNaturalist, diharapkan semakin banyak mahasiswa dan masyarakat yang terlibat dalam pendataan flora lokal.
“Kami berencana menjadikan ini sebagai program berkelanjutan, bahkan mungkin berkolaborasi dengan komunitas seperti Biodiversity Warriors dan peneliti internasional,” kata Tasirin.
Dengan adanya pelatihan ini, PKKH Unsrat kembali menegaskan komitmennya dalam menggabungkan teknologi dan ilmu kehutanan untuk pelestarian alam. Ke depan, aplikasi seperti iNaturalist diprediksi akan semakin banyak digunakan dalam penelitian ekologi dan pendidikan lingkungan. Silvarum in viventibus