“The Agriculture for Tourism” project is an initiative collaboration held by the Australian and Indonesian governments through Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR)

“The Agriculture for Tourism” project is an initiative collaboration held by the Australian and Indonesian governments through Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR)

“The Agriculture for Tourism” project is an initiative collaboration held by the Australian and Indonesian governments through Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). This project aims to aid smallholder farmers in adapting change and opportunities by improving their engagement with local tourism industries as key markets across three agricultural-tourism regions in Indonesia – especially in Bali, West Nusa Tenggara (Lombok), and North Sulawesi.

Proyek “Pertanian untuk Pariwisata” merupakan inisiatif kolaborasi yang diadakan oleh pemerintah Australia dan Indonesia melalui Pusat Penelitian Pertanian Internasional Australia (ACIAR). Proyek ini bertujuan untuk membantu petani kecil dalam beradaptasi terhadap perubahan dan peluang dengan meningkatkan keterlibatan mereka dengan industri pariwisata lokal sebagai pasar utama di tiga wilayah wisata pertanian di Indonesia – khususnya di Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok), dan Sulawesi Utara. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah:

“Pengabdian Kepada Masyarakat dalam Membangun Supply-Chain antara Smallholder dan Horeca” di Tomohon, 27 April 2024

Program Studi Kehutanan

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini merupakan bagian dari Proyek Pertanian untuk Pariwisata yang merupakan kolaborasi antara pemerintah Australia, Indonesia, dan ACIAR. Fokus utamanya adalah membantu petani kecil beradaptasi dengan perubahan dan peluang yang terjadi di sektor pertanian, dengan meningkatkan keterlibatan mereka dalam industri pariwisata lokal. Proyek ini membidik tiga wilayah wisata pertanian di Indonesia, termasuk Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara. Partisipasi Fakultas Pertanian termasuk di dalamnya Program Studi Kehutanan dalam PKM ini yaitu untuk memastikan pengembangan strategi yang tepat dan implementasi program yang efektif. PKM ini dihadiri beberapa pemangku kepentingan utama, termasuk para petani kecil (Kelompok Tani), para pelaku usaha (Hotel Emitta dan Restoran dan Penginapan Green Leaf), serta pemerintah daerah (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Kota Tomohon, DInas Pariwisata Kota Tomohon) untuk memfasilitasi pertukaran gagasan dan pengalaman termasuk masalah-masalah yang dihadapi. Selain itu, tujuan PKM ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing stakeholder dalam menghadapi perubahan ekonomi dan sosial, serta untuk mengidentifikasi peluang kolaborasi yang lebih lanjut. Dan disini juga ada perwakilan dari Restoran kehadiran mereka bertujuan untuk memperluas cakupan diskusi dengan menghadirkan perspektif dari sisi permintaan, yaitu industri restoran yang merupakan salah satu pasar utama bagi produk pertanian. Kendala yang dihadapi oleh petani dalam pasokan meliputi ketergantungan pada kondisi pasar, sehingga ketika pasar mengalami penurunan, petani mengalami kerugian yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya diversifikasi sumber pendapatan petani dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan fluktuasi pasar.  Petani di sini menghadapi risiko utama ketika mengutamakan tanaman pakcoi, karena ketika harga pasar untuk tanaman tersebut turun, petani akan mengalami kerugian yang signifikan.

Pelaksanaan PKM ini terfokus pada keterkaitan antara pengembangan wisata di Tomohon dengan potensi hasil pertanian di daerah tersebut. Diskusi dimulai dengan menggali hubungan antara hasil pertanian lokal dengan kreasi kuliner, yang dapat memberikan nilai tambah bagi pariwisata. Namun, permasalahan muncul terkait kualitas hasil pertanian, terutama dalam hal penggunaan pestisida yang berlebihan yang berdampak negatif pada kesehatan manusia. Di sisi ekonomi, kondisi keuangan kelompok tani juga menjadi sorotan karena ketidakstabilan pendapatan akibat gagal panen atau hasil tani yang tidak sesuai harapan. Dampaknya, sektor pariwisata, termasuk perhotelan dan restoran, juga terpengaruh karena tuntutan untuk menyajikan hidangan yang sehat dan bergizi. Dalam diskusi ini, berbagai solusi diusulkan, termasuk penggunaan sampah hotel sebagai pupuk pertanian dan upaya kolaborasi antara sektor pariwisata dan petani untuk memastikan pasokan sayur dan buah yang sehat. Saran juga diberikan kepada petani untuk melakukan pencatatan aktivitas pertanian guna memantau dan mengontrol penggunaan pupuk dan pestisida, sehingga kualitas hasil panen dapat dipertahankan. Dengan demikian, diskusi ini menjadi platform penting untuk mencari solusi yang berkelanjutan bagi pertanian dan pariwisata di Rurukan. Kejujuran dalam menjual hasil panen dan menjaga kualitas produk juga menjadi fokus diskusi, dengan harapan dapat membentuk hubungan bisnis yang berkelanjutan antara petani dan pembeli. Diharapkan bahwa dengan pendekatan ini, baik petani maupun sektor pariwisata dapat saling mendukung dan berkembang secara berkelanjutan.